Sabtu, 23 Maret 2013

Kedekatan Nazi Dengan Islam dan Daftar Para Tokoh Nazi dan Perwira Wehrmacht Muslim/Mualaf

 Johannes von Leers

 Ludwig Ferdinand Clauss

 Ludwig Zind

Wilhelm Hintersatz


Aribert Heim


Warnung! Ini bukan SARA sodara-sodara, karena saya hanya menampilkan sebuah fakta yang, saya percaya, tak banyak diketahui oleh masyarakat, khususnya pemerhati sejarah dan Third Reich...

Jerman merupakan sekutu dari Turki selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama. Setelah berakhirnya perang akbar tersebut, pihak Jerman menderita rasa malu dan kepedihan yang amat dalam atas kekalahan yang telah mereka alami dan penghinaan dari Sekutu si pemenang. Hal ini ternyata berlaku pula bagi orang-orang Arab yang merasa dikhianati oleh janji-janji palsu Inggris dan Prancis akan kemerdekaan mereka. Banyak dari pejuang-pejuang terbaik Arab dan Muslim yang tewas dalam pertempuran demi membela Sekutu, dan kini mereka menuntut hak-hak mereka yang selama ini terabaikan. Situasi yang suram ini dimanfaatkan oleh para strategis Jerman untuk menentukan posisi geopolitis mereka dalam melawan imperialisme-plutokratik dan merapat lebih dekat lagi kepada bangsa-bangsa Timur Tengah yang tertekan. Sebabnya adalah sederhana: mereka mempunyai musuh yang sama: pihak Sekutu Barat (Inggris, Prancis, Amerika dan lain-lain).

Para strategis Jerman ini termasuk pula adalah Karl Haushofer dan Otto Strasser yang sangat menginginkan adanya "kekuatan ketiga" di Eropa yang sama-sama menjadi oposan dari kapitalisme dan komunisme. Minat utama para strategis ini adalah untuk memenangkan kaum "tidak berpunya" (yang selama ini tertekan) melawan kaum "berpunya". Latar belakang ini ternyata kemudian membuat beberapa di antara orang-orang Jerman tersebut yang masuk Islam setelah mendalami lebih jauh akan sumber utama dari kebudayaan Arab yang mereka teliti.

Dengan bangkitnya gerakan Nasional-Sosialis di Jerman, bermunculan pula tokoh-tokoh politik baru di Jerman yang menyuarakan statemen-statemen tentang Islam yang sangat kontras dengan keyakinan umum yang berlaku saat itu di Eropa. Tokoh-tokoh ini termasuk pula adalah Adolf Hitler dan Heinrich Himler! Sepeti apa pandangan-pandangan mereka tentang Islam? Mari kita lihat contoh salah satunya di bawah:

Pada bulan November 1938 sebuah surat kabar bernama Die Welt, dengan merujuk pada artikel yang muncul di Der Arbeitsmann, menulis sebagai berikut: "Inti utama dari artikel tersebut adalah pujian akan konsep Islam tentang takdir, sebagai sebuah contoh komperehensif akan ide-ide tentang nasib yang akan datang. Hal ini sekaligus pula bertentangan dengan konsep-konsep yang diyakini oleh doktrin Kekristenan yang selama ini berlaku." Di pihak lain, dengan merujuk pada mingguan Berlin Fridericus, sebuah majalah Prancis menulis bahwa "jumlah orang-orang yang masuk Islam yang semakin meningkat sampai saat ini tak pernah menimbulkan masalah berarti di Jerman."

Fridericus mengklaim bahwa hal ini disebabkan oleh konsep Islam yang "memproklamasikan prinsip-prinsip vital dari etika yang sudah terbina, sehingga sangat mungkin untuk dikonfirmasikan." Dengan mengharmonisasikan ide-ide keadilan dan pengampunan, Islam telah membuat "banyak orang-orang Nordik yang merasa tertarik dengan ajaran-ajaran pembebasan dan keseteraan yang dikemukakannya."

Der Welt menyimpulkan laporannya: "Orang-orang Austria yang bergabung kembali dengan Reich mendapati bahwa di ibukota yang baru kini berkembang penelitian dan minat yang besar akan agama Muhammad, sehingga kita bisa melihat bertambahnya orang-orang lokal yang memproklamirkan diri sebagai pengikutnya (seperti tercatat di laporan resmi pemerintah). Di pihak lain, propaganda-propaganda terencana yang mendukung ditinggalkannya ajaran-ajaran Gereja Kristen malah semakin berkembang." (dikutip dari buku "Nazisme et Islam" karya Omar Amin Mufti).

Sebelum saya melanjutkan cerita zzzz ini (tewaak!), saya merasa perlu untuk memberikan sedikit pengetahuan tambahan yang berkaitan dengan Third Reich. Meskipun saya berusaha sebisa mungkin untuk bersikap fair dalam artikel-artikel di blog ini, saya juga tidak memungkiri bahwa ada banyak elemen-elemen dari kekuatan Eropa yang menonjol di pertengahan abad ke-20 ini yang membuat saya terkagum-kagum.

Satu yang jelas adalah kebohongan luar biasa yang ditelan mentah-mentah oleh kebanyakan dari kita yang berkaitan dengan sikap rasis para Nazi. Hal ini adalah sesuatu yang wajar, karena kita perlu ingat bahwa sejarah selalu ditulis oleh si pemenang, dan khusus dalam hal ini telah ditambahi pula oleh propaganda-propaganda tak kenal henti dari media massa dunia yang hampir sepenuhnya dikuasai oleh Yahudi. Bersyukurlah saya lahir dan dibesarkan di Indonesia, sehingga bisa bebas mengungkapkan apa yang saya rasakan tentang hal yang sangat tidak adil ini. Entahlah kalau saya tinggal di Jerman atau menulisnya di media sana, bisa-bisa saya di-gap sama Satpol PB (Pamongpraja Berlin) karena dianggap nyeleneh, mbalelo, wadon bae, dan istilah-istilah lain yang khusus dialamatkan kepada orang-orang yang dianggap "subversif"!

Untuk membantah hal ini sebenarnya mudah (dan bahkan sangat mudah malah!). Saya telah menampilkan banyak foto-foto tak terbantahkan di blog ini yang memperlihatkan bahwa pasukan "Ras Arya yang perkasa" ternyata bercampur pula dengan ras-ras lainnya, semacam Mediterania, Slav, Chechen, Bosnia, dan bahkan Arab dan Korea! Yang membuat lebih kagum lagi, kebanyakan mereka bergabung dengan pasukan SS yang notabene merupakan pasukannya Himmler, si "Rasis nomor 1"! Selain itu, tidak selalu orang Jerman itu adalah orang-orang berambut pirang, bermata biru dan tinggi di atas rata-rata orang Eropa, karena banyak pula dari mereka yang berdarah campuran dan berpenampilan sama sekali "tidak ideal". Paling kentara adalah Joseph Goebbels. Saya yakin kalau anda melihatnya pertama kali dan tidak tahu bahwa dia adalah kongkow Hitler, anda pasti menyangkanya sebagai orang non-Jerman atau bahkan non-Eropa!

Saya sangat percaya bahwa bila kita ingin mendapat fakta yang jernih dari bias dan kepentingan-kepentingan sekelompok orang, maka kita harus meneliti sejarah periode tersebut dengan membawa hati yang jujur dan fair sehingga kesimpulan yang kita ambil nantinya bukanlah sesuatu yang hanya menjadi pengekor dari "trend" yang berlaku saat ini. Tidak selalu kenyataan adalah apa yang diyakini oleh orang banyak, karena seperti yang Hitler telah katakan sendiri: "Apabila suatu kebohongan dijejalkan terus-menerus, maka orang akan menganggapnya sebagai sebuah fakta."

Iya memang Jerman zaman Nazi menerapkan sistem rasialisme dalam pemerintahan mereka, tapi sistem yang seperti apa? Nah, semoga ilustrasi ini bisa membantu anda:

"Rasialisme Jerman berarti penemuan kembali nilai-nilai kreatif dari ras mereka sendiri, sekaligus penemuan kembali kebudayaan mereka. Usaha pencarian yang mereka lakukan adalah sesuatu yang mengagumkan dan terhormat. Rasialisme Nasional-Sosialisme bukanlah dibuat untuk melawan ras lain melainkan dibuat untuk kepentingan ras sendiri. Tujuannya adalah untuk mempertahankan dan mengembangkan ras yang sudah ada, dan mengharapkan ras lainnya melakukan hal yang sama."

"Hal ini dibuktikan ketika Waffen-SS memperbesar jumlah anggotanya dengan memasukkan tidak kurang dari 60.000 orang Islam ke dalam jajarannya. Waffen-SS sangat menghargai cara mereka menjalani hidup, adat kebiasaan, dan terutama keyakinan religiusnya. Setiap batalion SS Islam mempunyai imamnya masing-masing, dan setiap kompi mempunyai Mullah. Harapan kita bersama adalah semoga kualitas mereka mendapat apresiasi setinggi mungkin. Inilah rasialisme yang kita anut! Aku hadir saat setiap kamerad Islamku menerima hadiah pribadi dari Hitler selama berlangsungnya tahun baru. Tahukah anda apa hadiahnya? Sebuah liontin dengan Al-Qur'an kecil di dalamnya! Hitler telah sangat menghormati mereka dengan memberikan aspek terpenting dalam hidup dan sejarah mereka. Singkatnya, rasialisme Nasional-Sosialisme merupakan ideologi yang setia pada rasnya sendiri dan sangat menghormati ras lainnya" (Léon Degrelle, "Epic: The Story of the Waffen SS," The Journal for Historical Review, vol. 3, no. 4, halaman 441-468).

Dalam Perang Dunia II, Jerman berperang melawan negara-negara yang selama ini kita kenal sebagai negara penjajah bangsa-bangsa Muslim seperti Inggris, Prancis, Rusia dan Belanda. Hal inilah yang menyebabkan jutaan orang Islam di seluruh dunia mendukung Hitler dan mendaftarkan diri sebagai sukarelawan di ketentaraannya. Sebagian terbesar dari mereka adalah orang-orang Bosnia, Albania, Chechnya, Tatar, dan bangsa-bangsa lainnya yang berada di bawah tirani komunis Soviet. Jangan lupakan pula unit-unit yang terdiri dari para anggota perlawanan Arab (Freies Arabien).

Muhammad Amin al-Husseini, Mufti Besar al-Quds (Jerusalem), memimpin perlawanan Palestina melawan Yahudi dan Inggris dari pembuangannya di Berlin, dan mantan Perdana Menteri Irak Rashid Ali al-Gailani juga memimpin perlawanan bangsanya dalam melawan imperialisme Inggris dari ibukota Jerman tersebut. Terdapat pula grup-grup pelopor dari jurnalis Arab, penulis, dan aktivis yang berjuang demi kemerdekaan negara mereka masing-masing dari pengasingan mereka di Jerman.

Dan sekarang saya ingin bertanya: Kita dijajah selama ratusan tahun oleh Belanda, dan kemudian Belanda sendiri diperangi oleh Hitler, lalu mengapa sekarang kita berkaok-kaok menghujat Nazi dan segala sesuatu tentangnya dengan "berpedoman" pada propaganda karbitan yang kita telan mentah-mentah? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman pernah menjajah Indonesia? Apakah dalam sejarahnya Nazi Jerman begitu berlumuran darah orang-orang Muslim? Jawabannya adalah: WADON BAE BLE'E-BLE'E (baca: TIDAK!)

Kembali kepada kisah tentang Al-Husseini. Banyaknya tokoh-tokoh Muslim yang bermukim di Jerman telah memberikan kesempatan yang sempurna bagi orang-orang bule tersebut untuk menjalin kontak dengan orang Islam sekaligus mempelajari ajarannya. Salah satu dari mereka adalah SS-Standartenführer Wilhelm Hintersatz (1886-1963), seorang Austria yang menjadi mualaf dan mengadopsi nama Haroun al-Rashid Bey. Dia mengepalai unit Osttürkischen Waffen-Verbände der SS yang anggota-anggotanya terdiri dari orang-orang Uzbek dan Tatar Volga, dan telah membuktikan kemampuan mereka dalam pertempuran di front Polandia (Ataullah Bogdan Kopanski, "Muslims and the Reich," Barnes Review, September-October, 2003, halaman 30-31)

Saya ingatkan lagi tentang apa yang telah ditulis sebelumnya tentang strategi geopolitik Jerman, kebangkitan Jerman sebagai negara superpower dan pendirian divisi-divisi Islam. Semua ini telah menyediakan sebab bagi kebijakan-kebijakan Hitler yang sangat pro-Muslim. Hambatan utama terletak dari diplomat-diplomat tua yang lebih memilih kebijakan konservatif demi menenangkan kekuatan-kekuatan dunia saat itu dan tidak mengancam keseimbangan kekuatan yang ada. Tapi disana terdapat pula elemen-elemen muda dalam tubuh Kementerian Luar Negeri Jerman yang ingin mengambil keuntungan dari perjuangan anti-kolonialisme yang digalakkan negara-negara terjajah sehingga mereka mendukung adanya kebijakan pro-Arab dalam melawan Zionisme yang didukung oleh imperialis Barat. Tentu saja hal ini sangat klop dengan arah kebijakan yang diambil Hitler saat itu.

Para pendukung Arab ini di antaranya adalah Dr. Fritz Grobba, seorang veteran di Kementerian Luar Negeri dari tahun 1924 yang kemudian bertugas sebagai Duta Besar Jerman di Irak dan Arab Saudi. Dia merupakan seorang pengagum kebudayaan Islam yang dijuluki "Lawrence of Arabia-nya Jerman" dan menjadi teman dekat dari al-Husseini. Setelah Perang Dunia II usai, Grobba memeluk agama Islam dan menjadi penghubung politik antara pemimpin Mesir Gamal Abdel Nasser dengan pihak Jerman dan Soviet (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 383).

Tokoh lainnya adalah Werner-Otto von Hentig, teman dekat dari Grobba yang merupakan mantan kepala Divisi Arab di Kementerian Luar Negerinya Joachim von Ribbentrop. Setelah perang usai, dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Timur Tengah. Pada tahun 1955 Raja Ibnu Saud menunjuknya sebagai kepala penasihat Eropa untuk Arab Saudi. Dahsyatnya lagi, dia kemudian menjabat sebagai Duta Besar Jerman untuk? Indonesia! Dalam kapasitasnya tersebut, dia menemani delegasi Saudi sebagai penasihat khusus dalam Konferensi Asia-Afrika yang digelar di Bandung bulan April tahun 1955. Hentig memberi nasihat pada orang-orang Arab untuk mengadopsi kebijakan netralisme dalam politik dunia dan mempertahankan kemerdekaan mereka dari super power dunia saat itu, Amerika dan Rusia (Kevin Coogan, Dreamer of the Day: Francis Parker Yockey and the Postwar Fascist International, New York: Autonomedia, 1999, halaman 384).

Setelah Perang Dunia II berakhir, banyak para petinggi Nazi dan mantan perwira SS yang pindah ke negara-negara Arab, menjadi penganut agama Islam, dan mempunyai jabatan militer atau birokratis di negara baru mereka, terutama di Mesir dan Suriah (cf., Jean and Michel Angebert, The Occult and the Third Reich, New York: Macmillan, 1974, halaman 275-276). Di bawah ini adalah daftar beberapa dari mereka, yang hampir semuanya menjadi mualaf:

- Erich Altern (Ali Bella) : Mantan komisioner seksi urusan Yahudi di Gestapo yang kemudian menetap di Mesir dan menjadi instruktur para pejuang perlawanan Fatah dalam melawan Israel.

- Hans Appler (Salah Chaffar) : Mantan anakbuah Goebbels yang kemudian bekerja di Kementerian Informasi Inggris tahun 1956 dan kemudian dilanjutkan dengan menjadi anggota Islamic Congress.

- Franz Bartel (Hussein) : Asisten kepala Gestapo di Kattowitz, dari sejak tahun 1959 dia lalu bertugas di departemen Yahudi yang menjadi bagian dari Kementerian Informasi Mesir.

- Walter Baumann (Ali Ben Khader) : SS-Sturmbannführer yang pernah bertugas di Warsawa, dia lalu bekerja di Kementerian Peperangan Mesir dan menjadi instruktur Front Pembebasan Palestina.

- Fritz Bayerlein : Jenderal terkenal Perang Dunia II yang pernah bertempur bersama Erwin Rommel di Afrika Utara. Dia ikut membantu perbaikan tank-tank kepunyaan Angkatan Darat Mesir.

- Hans Becher : Kepala seksi Yahudi Gestapo di Wina, dia kemudian menjadi instruktur kepolisian Mesir di Alexandria (Iskandariyah).

- Wilhelm Beissner : Kepala Kantor Pusat Keamanan Reich (RSHA) yang kemudian bertempat tinggal di Mesir.

- Bernhard Bender (Bashir Ben Salah) : perwira Gestapo yang pengetahuan mendalamnya akan Yiddish membuatnya mampu masuk ke dalam organisasi bawah tanah Yahudi di Warsawa. Dia kemudian bertugas sebagai penasihat satuan polisi politik di Kairo dengan pangkat Letnan Kolonel.

- Werner Birgel (El-Gamin). Perwira SS dari Leipzig yang bertugas di Kementerian Informasi Mesir.

- Wilhelm Böckler (Abd al-Karim) : SS-Untersturmführer yang bertugas di Warsawa. Dia kemudian menjadi seorang pejabat di Kementerian Informasi Mesir bagian urusan Israel setelah kabur ke negara tersebut pada tahun 1949.

- Wilhelm Börner (Ali Ben Keshir): SS-Sturmbannführer yang kemudian bertugas di Kementerian Dalam Negeri Mesir dan menjadi instruktur Front Pembebasan Palestina.

- Alois Brunner (Ali Mohammed) : Perwira SS yang memegang posisi senior di Departemen Yahudi pimpinan Adolf Eichmann. Dia kemudian menjadi penasihat pasukan khusus Mesir dan Suriah. Mossad (dinas intelijen Israel) berkali-kali mencoba membunuhnya di Damaskus, yang diberitakan sebagai tempat tinggalnya.

- Friedrich Buble (Ben Amman) : SS-Obergruppenführer bersama Gestapo yang kemudian menjadi direktur Departemen Hubungan Masyarakat Mesir tahun 1952 sekaligus sebagai penasihat pasukan polisi Kairo.

- Franz Bünsch: Anak buah Goebbels yang menjadi koresponden BND di Kairo dan membantu mengorganisasikan mata uang Riyal Arab Saudi tahun 1958.

- Erich Bunzel : SA-Obersturmführer sekaligus Major dan kolega Goebbels. Dia kemudian bertugas di departemen Israel di Kementerian Informasi Mesir.

- Joachim Däumling (Ibrahim Mustafa): Kepala Gestapo di Düsseldorf, dia kemudian menjadi penasihat sistem penjara Mesir dan anggota pelayanan operator radio di Kairo. Dia dipekerjakan untuk membantu pengembangan dinas intelijen Mesir.

- Hans Eisele : Dokter SS dengan pangkat Hauptsturmführer yang kemudian menjadi staf medis di fasilitas pesawat dan misil Mesir di Helwan sampai dengan kematiannya tahun 1965.

- Wilhelm Fahrmbacher : Generalleutnant dalam tubuh Wehrmacht yang menjadi penanggungjawab Vlassov Armee di Prancis tahun 1944. Dia kemudian bertugas sebagai penasihat militer Gamal Abdel Nasser dan bergabung dengan staff perencana pusat di Kairo.

- Eugen Fichberger : SS-Sturmbannführer

- Leopold Gleim (Ali al-Nasher) : SS-Standartenführer di Warsawa dan kepala departemen Gestapo untuk urusan Yahudi di Polandia. Dia kemudian bertugas di dinas intelijen Mesir.

- Gruber (Aradji) : Teman dekat kepala Abwehr (Dinas Intelijen Wehrmacht) Admiral Wilhelm Canaris. Dia lalu melarikan diri ke Mesir dan bekerja untuk Liga Arab dari tahun 1950.

- Baron von Harder : Mantan asisten Goebbels yang kemudian tinggal di Mesir.

- Ludwig Heiden (Luis el-Hadj) : Perwira SS sekaligus jurnalis Weltdienst (agen pers Jerman) yang ditransfer ke kantor pers Mesir dalam Perang Dunia II. Setelah perang usai, dia kembali lagi ke Mesir tahun 1950 dan menulis buku-buku tentang Third Reich dalam bahasa Arab!

- Aribert Heim : SS-Hauptsturmführer yang kemudian menjadi dokter di pasukan kepolisian Mesir.

- Franz Hithofer : Perwira Gestapo di Wina yang melarikan diri ke Mesir tahun 1950.

- Ulrik Klaus (Muhammad Akbar).

- Karl Luder : Mantan kepala Hitlerjugend di Polandia yang kemudian bertugas di Kementerian Peperangan Mesir.

- Gerhard Mertins : SS-Standartenführer.

- Rudolf Mildner : SS-Standartenführer dan kepala Gestapo di Katowitz dan Polizei di Denmark. Dia bertempat tinggal di Mesir dari tahun 1963.

- Alois Moser : SS-Gruppenführer yang bertugas di Ukraina dan kemudian menjadi instruktur gerakan paramiliter BAJU HIJAU di Kairo.

- Oskar Münzel : Jenderal Wehrmacht yang melarikan diri ke Mesir tahun 1950 dan kemudian mengorganisasi pasukan parasut negara tersebut.

- Gerd von Nimzek (Ben Ali) : Melarikan diri ke Mesir tahun 1950.

- Achim Dieter Pelschnik (el-Said) : Melarikan diri ke Mesir usai Perang Dunia II.

- Franz Rademacher (Thome Rossel) : Direktur seksi urusan Yahudi di Kantor Kementerian Luar Negeri Jerman dari tahun 1940 sampai dengan 1943. Dia kemudian melarikan diri ke Suriah dan bekerja sebagai jurnalis lokal.

- Hans Reichenberg : Mantan perwira SS yang tinggal di Tangier dan mendirikan perusahaan ekspor-impor Arabo-Afrika dan membantu penyelundupan senjata-senjata untuk kepentingan organisasi perjuangan anti-imperialis FLN di Aljazair.

- Schmalstich : SS-Sturmbannführer

- Seipel (Emmad Zuhair) : SS-Sturmbannführer dan perwira Gestapo di Paris yang kemudian bekerja untuk dinas keamanan di Kementerian Dalam Negeri Mesir.

- Heinrich Sellmann (Hassan Suleiman) : Kepala Gestapo di Ulm yang mengabdi di dinas keamanan Kementerian Informasi Mesir sekaligus menjadi penasihat masalah kontra-spionase.

- Ernst-Wilhelm Springer : Mantan perwira SS yang ikut membantu pembentukan Legiun Muslim SS dan kemudian mengungsi ke Mesir setelah perang. Dia lalu melanjutkan karirnya sebagai penyedia senjata untuk FLN.

- Albert Thielemann (Amman Kader) : Kepala SS di Bohemia yang bertugas di Kementerian Informasi Mesir.

- Erich Weinmann : SS-Standartenführer dan kepala Sicherheitsdienst (SD) di Praha. Dia lalu melarikan diri ke Mesir tahun 1949 dan menjadi penasihat dinas kepolisian Alexandria dari tahun 1950.

- Werner Wietschenke : Mantan dokter SS yang mengabdi sebagai dokter di militer Mesir.

- Heinrich Willermann (Naim Fahum) : Mantan dokter SS yang mengabdi sebagai dokter di militer Mesir.

- Ludwig Zind (Muhammad Saleh) : Aktivis anti-Yahudi terkemuka yang sempat melarikan diri ke Mesir pasca Perang Dunia II karena pandangannya yang dianggap ekstrim. Untuk biografinya bisa dibaca DISINI

********************

- Ludwig Ferdinand Clauss (1892-1974) adalah seorang antropologis Jerman dan teoris tentang masalah-masalah rasial. Pandangannya yang paling terkenal adalah tentang dominannya ras "spiritual" dibandingkan dengan ras yang mengedepankan materialisme. Clauss berkenalan dengan Islam ketika dia hidup bersama dengan suku Arab Baduy. Dia mengagumi keindahan Islam dan doktrin murninya tentang Kesatuan Absolut (Tauhid). Dari sinilah dia lalu memutuskan untuk menganut agama ini dan kemudian menjadi penulis tentang kebudayaan Arab. (Robert Steuckers, "Introducciòn a la obra de Ludwig Ferdinand Clauss,")

- Johannes von Leers (1902-1965) adalah teman dekat Menteri Propaganda Joseph Goebbels dan merupakan seorang penulis yang diakui selama masa Third Reich. Dia juga merupakan sahabat dari Mohammad Amin al-Husseini, dan kemudian melarikan diri ke Mesir tahun 1955. Tak lama, dia sudah menganut agama Islam dan mempunyai nama baru Omar Amin von Leers. Meskipun dia menjadi anggota dari Kementerian Informasi-nya Gamal Abdel Nasser, tapi dia kemudian tercatat sebagai simpatisan gerakan Ikhwanul Muslimin (Persaudaraan Muslim) bentukan Hasan al-Banna. Leers melanjutkan perjuangannya melawan Zionisme dari negara barunya. Di bawah akan saya sertakan beberapa ucapan dia yang terkenal tentang Islam, karena mereka mewakili perasaan orang-orang lain sepertinya:

Dalam "Der Kardinal und die Germanen", Leers secara terang-terangan mengkritik tindakan kejam pasukan Eropa dalam Perang Salib dan membandingkan toleransi Islam terhadap agama lainnya dengan penaklukan berdarah-darah bangsa Kristen atas orang-orang Barbar Jerman (halaman 23, 48, 52, 68). Dalam "Blut und Rasse in der Gesetzgebung", Leers mencatat persamaan paralel antara Islam dengan tradisi kuno Jerman, seakan-akan "hukum Tuhan dan hukum manusia bersatu" dan hak manusia adalah "fragmen dari keteraturan semesta yang berasal dari Tuhan" (halaman 6).

Pertengahan Desember 1942, penerbitan Die Judenfrange mengandung sebuah artikel tentang "program pasca-perang Zionisme" yang mendemonstrasikan bagaimana Zionisme bermaksud untuk "menguasai Palestina untuk dirinya sendiri, dan dengannya menyiapkan posisi sebagai penguasa dunia di masa mendatang". Leers juga menyumbangkan artikel hasil karyanya yang berjudul "Yudaisme dan Islam sebagai kebalikannya".

Selain mendiskusikan masalah-masalah strategis dalam kampanye Jerman di Afrika Utara, Leers juga merancang fondasi moral dan intelektual untuk persekutuan antara Third Reich dengan orang-orang Arab dan Muslim. Dia memuji sikap anti-Zionis Arab yang kental: "Bila seluruh dunia kompak mengusung kebijakan yang sama, maka kita tidak akan lagi dipusingkan oleh masalah Yahudi seperti yang kita alami saat ini." (Jeffrey Herf, The Jewish Enemy: Nazi Propaganda During World War II and the Holocaust, Boston: The Belknap Press, halaman 178-182).

Leers juga tercatat merupakan pengagum kebudayaan Arab dan mempunyai pemahaman mendalam akan bahasanya. Selama masa tinggalnya di Kairo dia telah membantu penterjemahan teks-teks dan peraturan Dewan Tertinggi Urusan Islam Mesir ke dalam bahasa Jerman. Di antara teks-teks yang dia terjemahkan, di antaranya berasal dari Syaikh Muhammad Abu Zahra tentang konsep Islam mengenai perang dan peraturan berjihad (Begriff des Krieges in Islam) dan teks dari Ibrahim Muhammad Ismail tentang doktrin ekonomi Islam (Der Islam und die heutigen Wirtschaftstheorien).

Dalam sebuah surat kepada H. Keith Thompson, seorang pebisnis asal New York yang terkenal akan sikap anti-Zionisme dan pernah bertugas sebagai sekretaris al-Husseini di Beirut, Leers menulis sebagai berikut (suratnya ditulis dalam bahasa Inggris, dan Leers sendiri terkenal menguasai banyak bahasa) :

"Islam saat ini menjadi satu-satunya kekuatan spiritual di dunia yang berjuang untuk agama yang sebenarnya dan nilai-nilai manusia serta kemerdekaannya. Satu hal yang pasti - lebih banyak lagi para patriot Jerman yang bergabung dalam gerakan revolusi Arab melawan imperialisme. Di Aljazair beberapa prajurit Jerman menyeret dua orang perwira Prancis beserta perwira rendahannya. Mereka lalu memotong leher tawanan mereka dengan disaksikan oleh para revolusioner Aljazair, bergabung dengan milisi lokal dan memeluk Islam. Hal itu bagus sekali!

"Tempat kita sebagai bangsa yang ditekan kekuatan luar seharusnya tidak di sisi pemerintahan Bonn bentukan kolonialis Barat, melainkan beserta para nasionalis Arab yang berjuang memerdekakan dirinya dari kungkungan Imperialisme. Biarlah (Konrad) Adenauer murka ketika mengetahui bahwa para patriot Jerman yang jujur tidak diekstradisi oleh negara-negara Arab pencinta kemerdekaan kepada dirinya atau kepada bos-bos Amerika/Inggrisnya. Biarlah para babi Inggris itu menjuluki kita sebagai "Pengusik/Orang-orang yang usil", karena tak lama lagi mereka pun akan terusir dari Timur Tengah, seperti halnya yang telah terjadi di Irak dimana para pelayan Imperialisme Inggris telah terbantai oleh para pejuang Arab"

"Alhamdulillah! Dukungan yang diberikan oleh Amerika dan antek-anteknya kepada tirani Yahudi di Jerman akan membuat bangsa Jerman bangkit berjuang. Sebenarnyalah, untuk bangsa kita hanya ada satu harapan - untuk menyingkirkan imperialisme Barat dengan bergabung bersama grup anti-imperialis yang digalang oleh negara-negara Arab dan Muslim." 

Tabun, Senjata Rahasia Super Mematikan Yang Tidak Digunakan Hitler!

Bayangkan jika tiba-tiba anda tidak mampu lagi bernafas karena otot dada dan paru-paru menegang. Air liur, lendir terus mengalir dari mulut dan hidung anda, bahkan seluruh tubuh anda menggigil hebat disertai keringat yang mengucur deras. Pandangan pun tiba-tiba kabur karena lubang pupil mata anda mengecil hingga seujung jarum. Pusing dan rasa mual yang hebat mengiringi penderitaan anda bahkan ketika anda sangat tersiksa ingin menghirup udara segar sebanyak-banyaknya.

Saat itu anda sudah tidak bisa lagi menggerakkan seluruh tubuh anda, tangan, kaki, kepala, leher terasa sangat kaku tanpa bisa digerakkan sedikitpun. Lalu 6 menit kemudian, anda merasakan sekarat yang hebat dan.............kematian pun menjemput.

TABUN, itulah senyawa kimia berbahaya warisan Perang Dunia II yang DICIPTAKAN OLEH ILMUWAN JERMAN pada era 1930an. Seseorang yang terkena tetesan TABUN seukuran ujung jarum dapat meregang nyawa dalam waktu 3-6 menit!

Begitu dahsyatnya efek senyawa kimia ini hingga Liga Bangsa-Bangsa (nenek-moyang PBB) melabelkannya sebagai salah satu SENJATA PEMUSNAH MASSAL (Weapons of Mass Destruction, Chemical Weapons Convention 1993) yang haram bagi negara mana pun untuk memproduksi, menggunakan, dan menyimpannya. Hal ini menjadikan TABUN sejajar dengan senjata pemusnah massal lain seperti Bom Nuklir.

Namun, tahukah anda bahwa senjata super-mematikan ini sama sekali TIDAK PERNAH digunakan Jerman dalam Perang Dunia II (1939-1945) melawan Sekutu ??

Perang Dunia II merupakan perhelatan akbar penghancuran umat manusia yang kedahsyatannya belum pernah disaksikan sang waktu sebelumnya. Puluhan juta manusia terbunuh dalam rentang waktu yang sangat singkat, kota-kota besar rata dengan tanah, rusaknya lingkungan hidup dan tatanan sosial, merebaknya penjarahan, pembunuhan, pemerkosaan, hancurnya negara-negara adidaya, dan menyebarnya paham ideologi menyimpang.

Sewajarnya, Perang Dunia II menjadi katalis dan kawah candradimuka perkembangan teknologi dan sains militer saat itu. Amerika, Jerman, Inggris, Jepang, dan Soviet berlomba untuk menciptakan mesin perang paling handal yang mampu melibas lawan tanpa ampun.

Mesin perang modern berkecamuk di udara dalam bentuk pesawat pengebom, pesawat pemburu, dan bom missile; di permukaan laut dalam bentuk Battleships, Destroyer, dan kapal induk pesawat; di bawah laut dalam bentuk Kapal Selam; dan di darat dalam bentuk tank, artileri, dan infantri mekanis.

Menariknya, Jerman adalah negara yang paling inovatif dalam mengembangkan teknologi militernya pada Perang Dunia II. Sejarah mencatat bahwa Jerman di bawah pimpinan Adolf Hitler mampu menjadi sebuah negara besar yang tidak hanya unggul di ranah politik hubungan internasional, ekonomi, sains dan teknologi, namun juga unggul dalam angkatan bersenjata dan perkembangan teknologi militer.

Berbagai penemuan revolusioner dihasilkan oleh para ilmuwan Jerman yang kemudian diaplikasikan dalam bidang militer, antara lain:
  1. Pesawat jet pertama di dunia yang kemudian dikemas dalam pesawat pemburu Messerschmitt Me-262.
  2. Pesawat siluman pertama di dunia yang mengaplikasikan teknologi flying wing dan carbon coating untuk menghindari deteksi radar (Horten Ho 229).
  3. Pesawat VTOL pertama di dunia dalam bentuk helikopter (Flettner Fl 282 Kolibri).
  4. Riset bom nuklir pertama yang menggunakan heavy water (jauh sebelum proyek Manhattan Amerika, namun akhirnya gagal karena sabotase).
  5. Rudal roket pertama di dunia yang menginspirasi penerbangan luar angkasa Amerika Serikat (A-1 bombs, V-1, V-2).
  6. Hingga senjata kimia pemusnah massal yang sangat efektif dan berbahaya sehingga memungkinkan Hitler untuk memenangkan Perang Dunia II jika saja dia menggunakannya: TABUN.
Ya, TABUN. Sebuah senyawa kimia yang jernih tidak berwarna, mudah menguap, berbau buah, namun amat-sangat beracun ini adalah hasil penelitian "tidak sengaja" oleh seorang Ilmuwan Jermanbernama Gerhard Schrader pada bulan Januari 1936.

Pada awalnya Gerhard melakukan riset untuk mengembangkan insektisida (obat anti hama/serangga) kepada perusahaan IG Farben. Insektisida yang fungsinya melumpuhkan sistem syaraf serangga itu ternyata juga mampu menghancurkan sistem syaraf manusia dalam sekejap.

Sebagaimana peraturan di Jerman kala itu, semua hasil riset yang memiliki potensi militer agar diserahkan kepada pemerintah. Perwakilan dari IG Farben pun dipanggil menghadap ke Berlin untuk menunjukkan efektivitas Tabun dalam bidang militer. Akhirnya, riset dan produksi Tabun untuk menjadi senjata kimia pun dilakukan besar-besaran.

Sebagaimana senjata "ajaib" dalam perang, proyek Tabun ini benar-benar dirahasiakan keberadaannya sehingga negara-negara Sekutu pun tidak mengetahui secuil pun tentang Tabun apa lagi bagaimana mempersiapkan diri dan counter-attack terhadap senjata kimia ini.

Kedahsyatan TABUN sebagai senjata kimia sudah tidak diragukan lagi. Satu tetes kecilnya, jika tersentuh oleh kulit manusia, maka dapat dipastikan orang itu akan mati dalam 6 menit kedepan.

Bayangkan jika senjata ini digunakan dalam Perang global, di mana terdapat ratusan ribu tentara dalam satu front pertempuran, padahal Jerman kala itu (medio 1943) sudah mampu memproduksi 12000 ton TABUN.

Keefektifan TABUN sebagai senjata pemusnah massal pun jauh melebihi Bom Nuklir yang gemar dibahas oleh negara Sekutu kala itu. Bom nuklir memang memiliki efek destruktif yang sangat besar, namun dengan efek kehancuran yang besar itu juga terjadi collateral damage yang besar pula, antara lain efek radioaktif nuklir berpuluh-puluh tahun yang menimbulkan penyakit genetik, kehancuran lingkungan dan bangunan perkotaan.

Berbeda dengan TABUN yang hanya membunuh manusia (dan serangga), sehingga penggunaannya sangat efektif dan spesifik. Apalagi TABUN adalah senyawa yang sangat mudah menguap dan terurai di udara sehingga tidak terjadi efek buruk lingkungan setelah serangan dilakukan.

Seiring berjalannya waktu, Jerman semakin terdesak dan kalah dalam pertempuran-pertempuran Perang Dunia II.

Hancurnya pabrik industri dan militer oleh pesawat pengebom milik Sekutu, kalahnya industri, sumber daya alam, dan jumlah sumber daya manusia Jerman dibandingkan Amerika dan Soviet, serta bobroknya birokrasi internal pemerintahan Nazi saat itu, hingga pengkhianatan di kalangan angkatan bersenjata, mengakibatkan Hitler semakin tersudut dalam perang.

Selain itu, negara-negara Sekutu juga gencar melakukan serangan pemusnah massal berupa pengeboman besar-besaran ke wilayah penduduk yang mengakibatkan jutaan masyarakat sipil meninggal, dan puluhan juta lainnya kehilangan rumah mereka.

Bahkan tidak jarang pasukan pengebom Sekutu menggunakan bom incendiary yakni bom api yang mampu membakar habis-habisan seluruh kota dalam badai api. Pemboman massal seperti ini justru memiliki efek yang jauh lebih dahsyat daripada penggunaan bom atom/nuklir.

Jika bom atom kala itu hanya efektif untuk sebuah kota yang terdiri dari bangunan semi permanen (kota-kota di Jepang misal Hiroshima & Nagasaki), maka hujan bom incendiary mampu membakar habis kota modern permanen gaya Eropa seperti Dresden, Hamburg, Aachen, dan Berlin.

Namun di tengah keterpurukan ini, Hitler justru tidak mengizinkan penggunaan senjata pemusnah massal TABUN untuk menyelematkan negaranya dari agresi militer sekutu yang semakin merangsek masuk ke jantung Jerman.

Perlu diingat bahwa saat itu Sekutu sama sekali tidak mengetahui perihal TABUN dan bagaimana cara mengatasinya, juga bahwa bom nuklir belum ditemukan oleh ilmuwan Amerika saat itu, sehingga Jerman adalah satu-satunya negara yang memiliki senjata pemusnah massal paling efektif.

Jika Hitler mau menggunakan TABUN, maka bukan tidak mungkin perang akan dimenangkan oleh Jerman.

Mengapa Hitler tidak menggunakan tabun?

Sebagaimana kita ketahui bahwa pribadi Hitler adalah pribadi yang sangat kompleks, orang-orang terdekatnya pun tidak mengetahui secara pasti bagaimana karakter asli Adolf Hitler.

Beberapa kalangan menganggap bahwa trauma masa lalu Hitler dalam Perang Dunia I, di mana ia pernah menjadi korban dalam serangan gas beracun (mustard gas) menjadi alasan utama ia untuk tidak menggunakan TABUN.

Namun kita juga harus mengetahui bahwa Adolf Hitler adalah seorang yang menjunjung tinggi fair-play dalam peperangan, bahkan mendekati kekolotan.

Dalam pertempuran Berlin (Battle of Berlin), tank-tank Soviet sengaja memasang bendera Nazi untuk mengelabui pesawat Stuka Jerman, dan Hitler dengan keras melarang pasukannya untuk melanggar peraturan bendera.

Begitu pula ketika kota-kota besar Jerman mulai dilanda badai ribuan pesawat pengebom Inggris dan Amerika, meluluhlantakkan pemukiman penduduk. Hitler enggan melakukan serangan balasan serupa hingga situasi benar-benar parah dan akhirnya ia hanya melancarkan serangan rudal (flying bombs) V-1 ke London.

Hitler juga satu-satunya pemimpin negara berperang saat itu yang sangat menolak untuk membunuh petinggi negara lain secara sembunyi-sembunyi (assassination).

Kemungkinan utama Hitler menolak penggunaan TABUN adalah dia masih menjunjung tinggi konvensi Geneva sebagai peraturan perang internasional.

Penggunaan TABUN oleh Hitler dimungkinkan dalam dua hal yakni penggunaan strategis dan penggunaan taktis.

Penggunaan strategis sebagaimana sekutu menggunakan armada ribuan pesawat bomber-nya untuk menghancurkan kota-kota Jerman dan Jepang, maka Hitler dapat pula meluncurkan bom-bom TABUN baik melalui pesawat bomber maupun langsung melalui missile V-1 yang bercokol di Prancis menuju sasaran-sasaran padat penduduk di Inggris maupun Soviet, bahkan Amerika.

Efeknya tentu sangat dahsyat, selain menghancurkan kapabilitas Sekutu di bidang sumber daya manusia, TABUN juga mampu menghancurkan moral rakyat yang tahu bahwa efek TABUN sangat mematikan dan pasti mati.

Penggunaan yang jauh lebih praktis namun mampu menyelamatkan Jerman dari kekalahan perang tentu saja penggunaan taktis di medan tempur. Ketersediaan TABUN pada medio 1943 berarti Jerman seharusnya telah mampu menyelematkan dirinya dari kekalahan-kekalahan telak seperti di Kursk (1943), Bagration (1944), Korsun-Cherkassy (1944), Budapest (1945), hingga Battle of Berlin (1945).

Bahkan pendaratan Sekutu barat yang terkenal, yakni Operation Overlord (D-Day, 6 Juni 1944), dapat dengan mudah digagalkan Hitler dengan meluncurkan missile V-1 yang mengandung TABUN ke arah konsentrasi pasukan sekutu di pantai Normandia, mengingat roket V-1 adalah satu-satunya metode pengiriman bom yang dapat menghindari superioritas udara pasukan sekutu.

Jika pasukan sekutu telah kalah telak dalam Operation Overlord, maka akibat politiknya adalah pengunduran diri Presiden Roosevelt, Dwight D. Eisenhower, dan bahkan hancurnya aliansi Amerika-Inggris (kita ketahui bahwa Overlord adalah "ide" dari Amerika, sedangkan Inggris lebih memilih invasi di daerah Mediterania). Ini dapat menyebabkan masyarakat Amerika, Inggris, dan Kanada mengalami kehancuran moral untuk mendukung perang.

Jumat, 22 Maret 2013

Misteri Tak Terpecahkan Di Balik Meledaknya Balon Zeppelin "Hindenburg"!

 Dua buah balon udara kebanggaan Jerman: Graf Zeppelin (terbang) dan saudaranya yang lebih muda, Hindenburg (berlogo Swastika), difoto pada tahun 1936. Terlihat para penonton sangat antusias berlarian menghampiri "keajaiban" dunia penerbangan pada saat itu
Graf Zeppelin (kanan) dan Hindenburg sedang berada di hanggarnya yang berada di landasan udara Friedrichshafen, Jerman (1936)

Rangkaian foto jepretan fotografer Arthur Cofod yang memperlihatkan detik-detik meledaknya balon udara 'Hindenburg'


Foto lain dari peristiwa terbakarnya Hindenburg. Langit malam langsung tampak terang benderang akibat dari 230 ribu meter kubik hidrogen yang dilalap api!Kapal itu adalah monster udara, suatu keajaiban teknologi dan keahlian teknik. Kapal udara raksasa Hindenburg berukuran lebih dari 245 meter panjangnya dan distabilkan oleh sebuah sirip ekor setinggi bangunan sepuluh tingkat! Keempat mesin dieselnya yang kuat memberikan tenaga untuk bisa terbang tanpa susah payah di atas awan-awan dengan kecepatan 135 km per-jam. Kapal udara itu dapat membawa 100 penumpang menempuh angkasa selama seminggu dalam gaya semewah kapal pesiar yang mana saja!

Ketika ke-16 kantung di dalam rangka berukuran 22,8 m itu sudah dipenuhi oleh hidrogen, kapal udara itu akan melepaskan diri dari tanah dengan kekuatan angkat sebesar 239 ton, cukup untuk mengangkat sebuah jumbo jet modern! Harus diakui sifat-sifat gas hidrogen yang lebih ringan dari udara di sekelilingnya memberikan kekuatan angkat bagi Hindenburg untuk terbang ke udara, membawa bahaya dan resiko terjadinya ledakan. Tapi dengan pengalaman lebih dari seperempat abad yang sukar diperoleh, perusahaan Zeppelin yakin takkan ada kecelakaan yang bisa membahayakan kapal udara mereka yang baru. Mereka tahu bahwa hidrogen di dalam kantung udara (lebih dari 230.000 meter kubik gas!) sangat mudah untuk terbakar, dan akan meletus menjadi ledakan yang menghancurkan bila ada yang memicunya. Tapi desainnya, kata mereka, tanpa cacat. Hanya tindakan Tuhan atau sabotase yang disengaja oleh orang gila yang bisa merusak Hindenburg!

Dan ketika Hindenburg tertelan oleh sebuah bola api di atas New Jersey pada tanggal 6 Mei 1937 sekaligus membunuh 13 orang penumpang, 22 orang awak kapal dan 1 pekerja kontrol lapangan, baik pemerintah Amerika maupun Nazi Jerman malahan berkerjasama untuk menutupi segala macam bukti yang mungkin ada dalam kejadian yang tercatat merupakan kejahatan terbesar dalam sejarah penerbangan!

Sementara perusahaan penerbangan yang masih belum berpengalaman di tahun 1920-an dan 1930-an mendapat masalah besar dari cuaca buruk dan kerusakan mekanis sewaktu mencoba mengoperasikan layanan penerbangan di antara kota-kota yang hanya beberapa ratus mil jaraknya, kapal-kapal udara monster milik Jerman muncul secara reguler di atas jalur penerbangan Rio de Janeiro dan New York!

Kapal-kapal itu menjadi terkenal sebagai Zeppelin, sesuai dengan nama desainer cemerlang sekaligus eksentrik mereka, Graf Ferdinand von Zeppelin. Lahir pada sebuah keluarga bangsawan Prusia pada tahun 1838, ia adalah seorang pemuda berumur 23 tahun yang berjiwa petualang ketika ia memperoleh kesempatan mengunjungi Presiden Amerika Serikat Abraham Lincoln selama Perang Saudara Amerika dan bergabung dengan tentara Union sebagai petugas kavaleri 'tamu'.

Tapi prajurit muda itu segera menjadi bosan dengan langkah lambat perang itu dan memutuskan untuk bergabung dengan sebuah ekspedisi sipil untuk mengeksplorasi sumber-sumber di sungai Mississipi pada sebuah misi pengintaian di St. Paul, Minnesota. Untuk pertama kalinya ia naik sebuah balon yang ditambatkan untuk mensurvei bermil-mil pedesaan dalam sebuah penerbangan singkat.

Kalau saja balon dapat diberi tenaga dan dikendalikan, pikirnya bergairah, balon-balon itu akan menjadi panggung tempat menembak dan senjata pengeboman yang sempurna, melayang dengan aman di atas infanteri dan kavaleri yang merencah di atas medan pertempuran. Visinya tentang balon-balon raksasa atau balon berkemudi sebagai senjata perang tak pernah meninggalkan benaknya, meskipun ia tetap menjadi petugas kavaleri yang berada di atas tanah hingga akhir karir militernya pada usia 52 tahun.

Selama beberapa tahun ia pensiun, ia telah mendaftarkan hak paten pada sebuah kapal udara dan mulai bereksperimen dengan desainernya, Dr. Hugo Eckener, seorang pelaut berpengalaman dan meteorolog, di bengkel kecil mereka di dekat danau Constance di selatan Jerman.

Pada tahun 1909 Zeppelin telah mendirikan layanan penumpang kapal udara pertama, Deutsche Luftschiffahrts Atkien Gessellschaft (DELAG). Dengan penerbangan operasional antara Berlin, Frankfurt, Hamburg dan Dresden, kapal udaranya mengangkut 32.750 penumpang dalam 1.600 penerbangan selama lima tahun tanpa pernah mengalami satu kecelakaan pun!

Kemudian tibalah tahun 1914, dan kapal-kapal Zeppelin pun ikut digunakan untuk kepentingan perang.

Kapal-kapal Zeppelin yang menyerang di atas Inggris menyebabkan sedikit kerusakan material tapi telah menimbulkan rasa panik di antara penduduk London. Melihat kapal-kapal udara yang ditakuti itu (yang terlihat dalam sinar pencari) menjatuhkan bom-bom mereka di atas ibukota, membuat para penduduk London keluar ke jalan-jalan, berteriak-teriak, dan mengacungkan tinju mereka tanpa daya ke udara.

Tapi dalam waktu dua tahun, penerbangan Inggris menjadi pemenangnya dengan menggunakan pesawat tempur bersayap ganda kecil mereka yang lebih dari sekedar menyamai monster-monster Zeppelin. Dalam kantung-kantung hidrogen pesawat Zeppelin mereka membawa bibit kehancuran bagi diri sendiri. Hanya perlu satu hantaman dari peluru-peluru pengejar ZPT yang baru dikembangkan yang berlapis fosfor terbakar, untuk mengubah kapal-kapal udara itu menjadi bencana kebakaran terbang!

Graf von Zeppelin meninggal pada tahun 1917, tepat saat terbukti bahwa kapal udaranya terlalu rentan terhadap tembakan senjata untuk menjadi mesin perang.

Tapi Dr. Hugo Eckener berjuang melewati puing-puing ekonomi pasca perang di Jerman sebagai presiden perusahaan Zeppelin, dan memimpikan suatu masa depan yang damai bagi kapal-kapal udara sebagai alat transportasi transatlantik.

Pada bulan Juli 1928, kapal udara penumpang yang paling canggih, Graf Zeppelin, melakukan penerbangan pertamanya pada ulang tahun ke-90 kelahiran Count tua tersebut. Tiga bulan kemudian, dengan 20 penumpang di atasnya, kapal udara itu melakukan perjalanannya yang pertama ke New York tempat Eckener dan kru mendapat sambutan selamat datang dengan pita telegraf. Dalam lima tahun berikutnya operasi layanan reguler ke Amerika Utara dan Selatan, Graf Zeppelin menetapkan diri sebagai penguasa kapal terbang yang tak tertandingi di udara!

Prestise pencapaian ini tentu saja tidak dilewatkan oleh para penguasa Nazi Jerman yang baru. Eckener tidak disenangi oleh rezim yang baru. Sebelum mereka bangkit berkuasa, ia telah mengadakan siaran radio di Jerman yang mengutuk brutalitas mereka. Tapi karena Nazi mengontrol tali dompet industri Jerman (termasuk Perusahaan Zeppelin), maka ia tak berdaya untuk menghentikan warna-warna tradisional hitam, putih dan merah khas pesawat-pesawat Zeppelin dicat ulang dengan Swastika, simbol Hitler dan Nazinya.

Eckener, seorang pria yang saat itu berusia 68 tahun yang keras kepala, bersikap menentang ketika ia dipanggil menghadap Dr. Joseph Goebbels, Menteri Propaganda, pada tahun 1936 ketika kapal udara terbaru, terbesar, tercepat, dan bertenaga paling besar miliknya diluncurkan.

Kapal udara itu harus diberi nama 'Adolf Hitler', kata menteri Nazi padanya. "Tidak," jawab Eckener. "Saya peringatkan anda, munculnya tanda swastika di kapal udara kami sudah memprovokasi tindak kekerasan ketika kami merapat di Amerika Serikat. Bila kapal udara baru itu diberi nama 'Adolf Hitler', maka pesawat itu akan tambah-tambah lagi menjadi target kebencian dan sabotase."

Eckener menang hari itu, tapi kemudian Goebbels mengumumkan di surat kabar dan radio Jerman bahwa kapal udara baru itu tidak akan disebut dengan nama yang diberikan oleh perusahaan Zeppelin, Hindenburg. Dalam surata kabar Nazi, pesawat itu dipanggil sesuai dengan nama desain kerjanya: LZ 129.

Ketika Hindenburg memulai layanan regulernya dari Frankfurt ke Pangkalan Udara Angkatan Laut Lakeheath di New Jersey, pesawat itu menerima sambutan penuh kegembiraan. Tapi saat aliran kecil pengungsi yang dianiaya yang melarikan diri dari Nazi membanjiri pantai-pantai Amerika, kekhawatiran Eckener akan Swastika yang dipamerkan itu terbukti sangat berdasar. Di bulan Agustus 1936 lebih dari 100 orang demonstran Amerika, yang menyamar sebagai tamu kehormatan, menumpang kapal laut Jerman 'Bremen' saat merapat di dermaga New York dan meletuskan suatu protes yang bersifat mengacau melawan keterlibatan Hitler dalam Perang Saudara Spanyol.

Keamanan ditingkatkan di dermaga kapal laut dan di hanggar Hindenburg yang terletak di seberang sungai di Lakeheath. Parahnya lagi, pemerintah Amerika merasa prihatin oleh laporan bahwa Hindenburg menjadi target penembak yang telah melepaskan tembakan ke Zeppelin dari puncak pencakar langit Manhattan dan dari ladang-ladang terbuka di New Jersey!

Duta Besar Jerman di Washington menerima sejumlah besar telepon yang mengancam dan surat-surat dari pihak oposisi Nazi yang bertekad untuk menghancurkan Hindenburg dan mengusir Swastika dari langit Amerika.

Menyadari pukulan serius yang akan terjadi pada prestise rezim bila Hindenburg disabotase, maka Sicherheitsdienst (elit keamanan SS Nazi) mulai melakukan penggeledahan di hanggar Hindenburg di Frankfurt dan di kapal itu sendiri sebelum setiap penerbangan.

Pada hari Senin tanggal 3 Mei 1937, Oberst Fritaz Erdmann (Kepala dinas intelijen khusus baru Luftwaffe), diperintahkan untuk pergi ke kantor pusat SS di Berlin guna menjalani pengarahan tentang penerbangan Hindenburg yang dijadwalkan terbang di hari itu.

Erdmann dan kedua pejabat yunior yang hendak menemaninya dengan berpakaian sipil dalam penerbangan ke Amerika itu terkejut oleh pengarahan yang diberikan SS-Sturmbannführer Kurt Hufschmidt pada mereka. Perwira setingkat mayor itu memberitahu mereka, "Kami mendapat informasi terpercaya bahwa akan ada percobaan untuk menghancurkan penerbangan anda. Sabotase itu akan dilakukan dengan bom, mungkin setelah Hindenburg tiba di atas tanah Amerika. Serangan ini direncanakan untuk membuat tanah air rentan di mata musuh kita: orang-orang Jerman yang tak setia, orang-orang Yahudi, dan para pembuat masalah di Amerika."

Orang SS itu juga mengungkapkan bahwa di bulan Maret 1935 sebuah bom sudah ditemukan di salon ruang makan utama Graf Zeppelin, disembunyikan di bawah sebuah meja oleh salah satu penumpang. Bom itu berhasil dijinakkan dengan selamat.

Ia juga memberitahukan sebuah penggerebekan Gestapo di sebuah kamar hotel di Frankfurt yang disediakan bagi seorang penumpang misterius yang baru saja tiba dari Amerika di atas penerbangan Hindenburg. Orang itu telah bepergian dengan sebuah paspor Swedia palsu dan walaupun ia lolos dari Gestapo, mereka menggeledah kamarnya dan menemukan gambar teknis mendetail tentang Graf Zeppelin dan Hindenburg.

Erdmann diberi ikhtisar penumpang yang dicurigai yang terbang bersamanya. Daftar itu meliputi satu pasangan Jerman, keduanya jurnalis, yang diketahui mempunyai teman seorang penulis Yahudi; seorang fotografer muda dari Bonn yang biaya perjalanannya diatur oleh seorang eksekutif senior Zeppelin yang dipecat sebab ia mempunyai nenek moyang Yahudi; seorang eksekutif periklanan Amerika berusia 36 tahun yang dikenal sebagai mata-mata intelijen negara tersebut; dan Joseph Spah, seorang penghibur gedung musik berusia 35 tahun dari Douglaston, Long Island.

Spah adalah seorang pemain komedi dan akrobat yang bepergian dengan paspor Prancis dan beristrikan orang Amerika. Tapi orang SS yang tak berselera humor itu mencurigainya karena pertunjukan gedung musiknya, yang populer di berbagai bagian Berlin, dikenal mengandung lelucon melawan orang-orang yang berkuasa.

Di hanggar pemberangkatan di Frankfurt, seluruh penumpang dan bagasi mereka digeledah dengan teliti. Orang-orang keamanan menyita semua bola lampu kilat fotografer muda itu, takut kalau bohlam-bohlam itu digunakan untuk menimbulkan api dengan sengaja. Mereka juga menyinari sebuah boneka suvenir keramik Dresden kecil yang dibawa oleh Spah dengan sinar X.

Tapi petugas intelijen Luftwaffe meminta jaminan kepada kapten Hindenburg, Ernst Lehmann, bahwa pasangan suami istri jurnalis itu kedua-duanya adalah teman pribadinya yang sedang menuliskan biografinya. Dan kapten Lehmann bersikeras bahwa mata-mata Amerika yang bekerja untuk agen periklanan sudah diawasi secara cermat dan bukan merupakan ancaman. Petugas intelijen itu menerima penjelasannya.

Joseph Spah, menurut kapten, tak lebih dari seorang pengganggu. Ia membawa seekor anjing gembala Jerman muda yang lincah yang bepergian bersamanya untuk menjadi bagian dari pertunjukan barunya di Gedung Musik Radio City di New York. Anjing itu bepergian dalam kompartemen kapal di bagian belakang kapal udara dan dua kali Spah ditemukan di wilayah itu tanpa diawasi, jauh dari ruang santai penumpang yang diizinkan. Tapi mereka menerima penjelasannya bahwa ia harus secara pribadi memberi makan anjing muda yang gugup itu selama perjalanan dua setengah hari itu.

Oberst Erdmann meyakinkan kapten, "Penumpang manapun yang mensabotase Hindenburg dalam perjalanan ini sama saja melakukan bunuh diri. Saya rasa percobaan sabotase akan terjadi setelah kita berlabuh di Lakeheath. Kemudian akan menjadi tanggungjawab staff darat untuk memastikan keselamatan kapal udara."

Tapi menurut banyak penyelidik dan ahli sejarah, sebuah bom sudah berada di atas kapal. Sebuah bom bakar, dihubungkan dengan sebuah pengatur waktu fotografis ruang gelap yang bertenaga dua baterai kecil yang tersembunyi di dalam atmosfer hidrogen yang mudah meledak di Sel Gas Empat, dekat dengan ekor Hindenburg.

Hindenburg dijadwalkan berlabuh di Lakeheath pukul 06.00 tanggal 6 Mei. Tapi malam sebelumnya, pesawat itu didera angin sakal yang kuat di atas Newfoundland dan kapal udara itu mengirim berita radio bahwa ia baru bisa tiba pukul 18.00. Hindenburg selalu dibuat merapat tepat pukul 06.00 atau 18.00 untuk memberikan waktu kerja yang jelas bagi kru darat.

Sebuah komite penyambutan kecil yang menunggu kedatangan Hindenburg di Lakeheath mengambil manfaat atas penundaan itu dengan pergi untuk makan malam di kota terdekat di Toms River. Komite ini meliputi penyiar Herbert Morrison, yang sedang bersiap-siap untuk merekam komentar pendaratan kapal udara itu bagi para pendengar stasiun WLS di Chicago.

Pada tengah siang tanggal 6 Mei Hindenburg telah melewati Long Island dengan selamat, dan penampakan kapal udara raksasa dengan Swastikanya yang berkilauan menimbulkan kemacetan di Manhattan. Saat kapal udara itu melintasi stadion sepakbola di Ebbert's Field di Brooklyn, pertandingan antara Brooklyn Dodgers melawan Pittsburgh Pirates ditunda karena para pemain dan penonton seperti menganga mengagumi kebanggaan Jermannya Hitler!

Tepat sebelum pukul 16.00, kapal udara itu tiba di atas Lakeheath. Tapi kapten Lehmann kemudian memutuskan untuk berputar ke arah selatan untuk bertahan dalam angin badai selama dua jam hingga kru darat sudah berkumpul pada waktu kedatangannya yang dijanjikan.

Pada pukul 17.22, Hindenburg diberi saran oleh menara kontrol darat untuk tetap berputar-putar mendahului badai yang mendekat. Dan pada saat itulah, seperti yang diyakini orang, pengatur waktu detonator bom api yang tersembunyi di Sel Gas Empat menyala - untuk dua jam ke depan.

Satu jam kemudian Lakeheath mengirim berita radio: "Dinasihatkan untuk mendarat sekarang", dan kapal udara itu pun mengarah ke lapangan yang telah disediakan. Pada pukul 19.05 Hindenburg menyeberangi pagar selatan lapangan udara. Saat 92 orang anggota Angkatan Laut Amerika Serikat dan 139 pekerja sipil bersiap-siap untuk mencapai tali-tali pendaratan yang akan dijatuhkan dari Hindenburg untuk mengikat kapal, reporter radio Herbert Morrison bisa melihat para penumpang yang ceria di jendela dek tempat berjalan-jalan yang terbuka sambil melambaikan tangan kepadanya.

Pada pukul 19.22 Hindenburg menurunkan tali-tali pendaratan dan menghembuskan mesinnya yang terakhir kalinya untuk mensejajarkan kapal dengan menara pendaratan setinggi 61 meter.

Bila kapal udara itu tepat waktu, semua penumpang akan sudah turun dan pesawat itu hanya akan mengambang di tiang pendaratan dengan satu orang kru yang diperlukan saja. Tapi pengatur waktu bom telah diatur sesuai dengan jadwalnya yang asli...

Pada pukul 19.22 itu terlihat segumpal nyala api dan sebuah bola api berdiameter 122 m meledak dari kerangka bertutup linen Hindenburg.

Herbert Morrison sedang melukiskan pemandangan saat kapal udara itu berlabuh:

"Sungguh pemandangan yang indah, pemandangan yang menggetarkan jiwa... pemandangan yang luar biasa. Matahari bersinar di jendela dek pengamat di sisi barat dan berkilauan seperti permata yang berkelap-kelip di atas latar belakang beludru gelap. Oh, oh, oh... kapal itu menyala terbakar! Tolong keluarlah! Oh, ini mengerikan... kapal itu terbakar, meledak menjadi bola api, kapal itu runtuh! Oh, ini adalah salah satu peristiwa terburuk, oh, dari segi kemanusiaan..."

Suaranya hilang ditelan airmata...

Ketika film dari kamera berita yang merekam bola api itu diproses, film itu menunjukkan bahwa hanya perlu waktu 34 detik sejak ledakan api pertama hingga kerangka Hindenburg yang berkilauan itu menghantam tanah! Jutaan meter kubik hidrogen menyala dalam waktu kurang dari satu menit, walaupun nyala api, mesin, minyak bahan bakar dan kerangka bertahan selama berjam-jam.

Para kru di atas tanah yang sedang memegang tali-tali pendaratan di bawah raksasa yang terbakar itu langsung menyebar kacau dan berlarian demi menyelamatkan hidup mereka.

Salah satu kru itu, Allen Hagaman, tersandung jeruji yang mengelilingi menara pendaratan dan kerangka kapal yang menyala itu tanpa ampun jatuh di atasnya. Ia diidentifikasi keesokan harinya melalui sisa-sisa gosong cincin kawinnya...

Tapi dalam beberapa detik sewaktu Hindenburg jatuh dari udara, ada orang-orang yang lolos dengan ajaib saat para penumpang dan kru melompat dari kapal udara yang jatuh, atau hanya tinggal di dalam reruntuhan yang terbakar itu hingga sampai di atas tanah dan berlari menuju ke tempat aman melalui lingkaran-lingkaran putih panas kerangka Hindenburg! Joseph Spah adalah salah satu dari mereka yang selamat. Ia melompat lebih dari 9 meter dari kapal udara yang terbakar dan, dengan latihan akrobatnya, tampaknya mendarat tanpa terluka! Intelijen Luftwaffe Oberst Fritz Erdmann, yang meramalkan bahwa serangan baru akan dilakukan setelah Hindenburg mendarat, mati dalam kobaran api. Dari 36 penumpang, 13 orang di antaranya tewas. Dari 61 kru kapal, 22 orang yang tewas.

Dalam komisi penyelidikan yang diadakan kemudian, para ahli Jerman diundang untuk bergabung dalam penyelidikan sebagai 'pengamat'. Sebagian besar diskusi komisi ini adalah pembicaraan 'off-the-record' antara pejabat pemerintah Amerika dan diplomat tingkat tinggi Jerman.

Dokumen-dokumen yang sekarang disimpan di Lembaga Arsip Nasional di Washington menunjukkan bahwa ahli-ahli teknik Amerika dan Jerman setuju untuk tidak menganggap sabotase sebagai penyebab malapetaka - paling tidak di depan umum!

Arsip ini menunjukkan bahwa para pejabat senior Departemen Perdagangan dan Dalam Negeri Amerika memperingatkan pengacara Komisi Mr. Trimble Jr. bahwa "penemuan adanya sabotase dapat menyebabkan terjadinya insiden internasional, terutama di pantai-pantai ini". Komisi itu juga mengabaikan laporan tertulis detektif George McCartney dari unit penjinak bom kepolisian New York, yang sebelumnya telah menganalisa reruntuhan dan merekonstruksi detail teknis bom api yang ia yakini ditempatkan di Sel Gas Empat. Dan panglima Luftwaffe, Hermann Göring, memerintahkan para penasihat teknis Jerman di komisi untuk tidak bekerjasama dalam kesempatan apapun di dalam penyelidikan yang menunjukkan adanya sabotase oleh anggota kru yang mana saja!

Setelah dengar pendapat selama satu bulan, komisi ini mencapai kesimpulan yang didukung oleh pihak Amerika maupun pihak Jerman. Bola api hidrogen itu dinyalakan, kata mereka, oleh sebuah percikan aneh listrik statis, sebuah fenomena tak menguntungkan yang tak pernah terlihat sebelumnya maupun sesudah peristiwa ini! Hermann Göring menyetujuinya. "Itu adalah tindakan Tuhan. Tak ada seorang pun yang bisa mencegahnya."

Tapi di balik drama di Jerman, tanpa belas kasihan Gestapo menginterogasi keluarga dan teman setiap kru dan penumpang Hindenburg. Kecurigaan mereka akhirnya terpusat pada Erich Spehl yang berusia 25 tahun. Sebagai petugas pemasang tali-temali di atas kapal Hindenburg, ia adalah salah satu kru yang bertanggungjawab untuk mengecek kebocoran kantung gas.

Spehl adalah seorang Katolik yang taat, dan tak pernah menjadi pendukung kuat rezim Nazi. Ia punya satu kelemahan besar, yaitu cinta membuta terhadap seorang janda yang sepuluh tahun lebih tua darinya dan yang telah menjadi kekasihnya selama ini.

Para agen Gestapo, yang telah mengecek gosip itu dengan para tetangga Spehl di Frankfurt, menemukan bahwa pemuda itu telah mengalami pertemuan traumatis dengan bekas suami kekasihnya tepat sebelum perjalanan terakhir Hindenburg. Orang itu datang ke apartemen Spehl. Ia seorang artis yang kurus kering dan separuh gila karena takut. Ia lari dari Gestapo dan memerlukan uang untuk melarikan diri.

Spehl memberinya semua uang yang ia miliki... dan kemudan memberitahu Gestapo. Para penyiksa Nazi menangkap artis itu dan menghancurkan jari-jarinya satu demi satu dengan sebuah penjepit hingga tulang-tulang bermunculan dari buku-buku jarinya! Spehl dilaporkan menjadi marah sewaktu melihat hal ini, dan kemarahannya masih menggelegak ketika ia menumpang penerbangan Hindenburg yang fatal itu.

Para penyelidik Gestapo di Frankfurt menghancurkan apartemen Spehl hingga berkeping-keping. Mereka tak dapat menemukan tanda-tanda kekasihnya, yang telah melarikan diri dari kota itu. Dan mereka pun tak dapat menemukan jejak alat baru kesayangan Erich untuk ruang gelap fotografinya, pengatur waktu dua zaman miliknya.

Mereka juga tak bisa menginterogasi Erich Spehl. Ia meninggal, terbakar secara mengerikan, dalam rumah sakit lapangan darurat yang didirikan di Lakeheath, di sebelah bara yang menyala pada kapal udara terbesar di dunia yang terakhir...


Sumber :
Buku "Misteri Besar Yang Tak Terjawab" dari Alice Saputra Communication